Sabtu, 11 Mei 2013

Setitik Embun di Kota Itu.

Kota itu tempat dimana besok aku akan berpijak. Kota itu tempat dimana  aku merasakan hidup baru di suasana baru. Aku akan merasakan embun pagi yang sejuk, salju lembut yang dingin, dan terik matahari yang tak begitu panas. Kota cinta musim panas kedengarannya bagus.

Gen yang akan kutemui juga berbeda. Tak ada lagi mata sipit dengan kulit sawo matang. Atau kulit cokelat dan hitam. Ataupun kulit yang terlalu sensi dengan sinar matahari yang begitu menyengat. Dan dengan mudahnya berubah warna menjadi cokelat gelap kemerahan. Bola mata itu juga berwarna hijau. Seperti warna yang kusukai. Emerald green. Bola mata hijau yang bersinar itu sedap sekali.

Kadang, aku bakalan melihat warna biru di wajah berwarna putih kemerahan, dengan rambut pirang dan postur badan tinggi. Bola mata biru itu bersinar seperti berlian. Aku juga suka bola mata cokelat terang yang mengkilat. Jika terkena sinar matahari atau lampu di gemerlapnya malam, mata cokelat itu akan terlihat indah sekali. Seperti mata Zayn.

Postur orang di kota itu tinggi. Aku yang pendek akan tertutup oleh badan atlit mereka. Mungkin saja dengan faktor lingkungan yang baru, badanku juga akan ikut tinggi. Aku harap.

Yang paling aku tunggu adalah salju yang menumpuk ketika aku membuka apartemenku disana nanti. Aku bisa bermain sepuasnya dan merasakan hawa dingin yang mengalir di buku-buku jariku. Sarung tangan, jaket tebal, dan topi pasti selalu kupakai saat hari itu tiba. Aku harus membiasakan segala sesuatu yang ada.

Jalan setapak di samping gedung-gedung pencakar langit akan aku injaki Aku akan melangkah dan menaiki kendaraan umum yang mewah. Uang yang kubawa akan ku hitung sehemat mungkin. Makanan ku akan kupilih. Aku akan terbiasa dengan musim dingin. Aku akan butuh selimut yang banyak. Aku bakalan sering ke laundry.

Kadang, saat malam menjelang, aku berada di cafe dengan teman-temanku. Curhat, mengobrol, dan belajar  bersama mungkin akan sering dilakukan. Aku akan sering membawa buku pelajaran yang selalu ku taruh di tasku. Melihat gemerlapnya malam dengan lampu-lampu di pinggir jalan dan bisingnya suara kendaraan sambil menyeruput secangkir cokelat panas. Indahnya.

Kota apa yang akan kudatangi nanti? Tunggu aku saat hari itu tiba. Aku pasti akan melihat hal terkecil darimu. Termasuk embun pagi yang selalu menetes di daun itu.

0 komentar:

Posting Komentar